Senin, 01 Juli 2013

MENANTANG MATAHARI


Berdiri disini
Menantang matahari
Yang panas menusuk sanubari

Bocah menangis
Memecahkan lautan emosi
Hingga jiwa bergejolak

Bocah meratap sedih
Menatap wajah bapaknya
Terbaring tak bernyawa di ladang perang

Bocah berteriak
Menangis, meringis
Memaki setiap udara yang dihirupnya

KIPOENNURDIN
Beureunuen, 26 Juni 2013

ANTARA MIMPI DAN CITA


kita masih disini
berpacu dengan waktu
melawan deras arus hidup

kerlap kerlip lampu kota
bukan hiburan
tapi impian

kita masih disini
bergelut dengan mimpi
menghabiskan lembar kertas

menuliskan satu persatu
impian dan cita-cita
sampai waktunya tiba

kita masih disini
menghirup udara gersang
kota tua

lalu satu persatu
beranjak pergi
membawa mimpi

KIPOENNURDIN
Banda Aceh, 22 Juni 2013

SAJAK TANAH RANTAU


perantauna dan cita-cita
sungguh tak dapat dipisahkan
jauh dari orang tersayang
terkasih dan
tercinta

siapa yang hendak peduli
jika diperantauan
terseret arus kehidupan
cukup deras
melawati lembah nan terjal

terombang-ambing
terantuk tebing-tebing
melahirkan amarah
resah dan juga
gundah

ini untuk sebuah cita-cita
bukan untuk selembar kertas
dan bukan pula
untuk mengenakan toga
apalagi untuk akhiran di sebuah nama

perantauan memang kejam
lebih kejam dari ibu tiri
bahkan dari sebuah rezim
atau dari pembantaian
dan pembunuhan

KIPOENNURDIN
Banda Aceh, 22 Juni 2013

Selasa, 18 Juni 2013

ANTARA HUJAN DAN SECANGKIR KOPI


I

mungkin ini minggu kelabu
aku meringis kesakitan karna kakiku
lalu matahari tertutupi awan kelabu
angin bertiup kencang
berlari, menelusuri, merasuki, menyebrangi
setiap jengkal jalan, lorong, kolong, pecahan, lubang
lengkaplah saat hujan membahasi bumi
semua terhenti, berdiam
lalu aku terlena dengan secangkir kopi...

II
langit masih sangat gelap
menghitung rintik hujan
mencari celah untuk melangkah

dingin menusuk tulang menggigil hinggap pada tubuh
hujan belum berhenti
dan aku masih setia ditemani secangkir kopi

kopi hitam penuh aroma
cita rasa
teringat sebuah petuah

inilah serambi mekkah
surga pecinta kopi, dunia mengakui
kita tak dapat terpisah dari secangkir kopi

III

hujan pun turun membasahi setiap sudut
bekas lumpur terhapus
memberikan isyarat
warna baru akan segera lahir

hujan tetaplah hujan
hingga hangatnya matahari
kembali bersinar
lalu menyapa

saat hujan turun
janji terucap
sumpah terikrar
semua merapat

sumpah tetaplah sumpah
janji tetaplah janji
barisan harus tetap rapat
hingga kita mencapai puncak
puncak kejayaan dan kemenangan...

IV
malam begitu gelap
tak ada cahaya dari langit
gerimis masih menari
berirama tiupan angin

hening
terpecahkan nyanyian hujan
dingin begitu menusuk
menembus selimut

malam ku
masih malam gelap
bertemankan segelas kopi
kopi nan nikmat tiada tara...

KIPOENNURDIN
Aceh Seuramoe Mekkah, Juni 2013