I
mungkin ini
minggu kelabu
aku meringis
kesakitan karna kakiku
lalu matahari
tertutupi awan kelabu
angin bertiup
kencang
berlari, menelusuri,
merasuki, menyebrangi
setiap jengkal
jalan, lorong, kolong, pecahan, lubang
lengkaplah saat
hujan membahasi bumi
semua terhenti, berdiam
lalu aku terlena
dengan secangkir kopi...
II
langit masih
sangat gelap
menghitung
rintik hujan
mencari celah untuk
melangkah
dingin menusuk
tulang menggigil hinggap pada tubuh
hujan belum
berhenti
dan aku masih
setia ditemani secangkir kopi
kopi hitam penuh
aroma
cita rasa
teringat sebuah
petuah
inilah serambi
mekkah
surga pecinta
kopi, dunia mengakui
kita tak dapat
terpisah dari secangkir kopi
III
hujan pun turun
membasahi setiap sudut
bekas lumpur
terhapus
memberikan
isyarat
warna baru akan
segera lahir
hujan tetaplah
hujan
hingga hangatnya
matahari
kembali bersinar
lalu menyapa
saat hujan turun
janji terucap
sumpah terikrar
semua merapat
sumpah tetaplah
sumpah
janji tetaplah
janji
barisan harus
tetap rapat
hingga kita
mencapai puncak
puncak kejayaan
dan kemenangan...
IV
malam begitu
gelap
tak ada cahaya
dari langit
gerimis masih
menari
berirama tiupan
angin
hening
terpecahkan
nyanyian hujan
dingin begitu
menusuk
menembus selimut
malam ku
masih malam
gelap
bertemankan
segelas kopi
kopi nan nikmat
tiada tara...
KIPOENNURDIN
Aceh Seuramoe
Mekkah, Juni 2013