Selasa, 18 Juni 2013

ANTARA HUJAN DAN SECANGKIR KOPI


I

mungkin ini minggu kelabu
aku meringis kesakitan karna kakiku
lalu matahari tertutupi awan kelabu
angin bertiup kencang
berlari, menelusuri, merasuki, menyebrangi
setiap jengkal jalan, lorong, kolong, pecahan, lubang
lengkaplah saat hujan membahasi bumi
semua terhenti, berdiam
lalu aku terlena dengan secangkir kopi...

II
langit masih sangat gelap
menghitung rintik hujan
mencari celah untuk melangkah

dingin menusuk tulang menggigil hinggap pada tubuh
hujan belum berhenti
dan aku masih setia ditemani secangkir kopi

kopi hitam penuh aroma
cita rasa
teringat sebuah petuah

inilah serambi mekkah
surga pecinta kopi, dunia mengakui
kita tak dapat terpisah dari secangkir kopi

III

hujan pun turun membasahi setiap sudut
bekas lumpur terhapus
memberikan isyarat
warna baru akan segera lahir

hujan tetaplah hujan
hingga hangatnya matahari
kembali bersinar
lalu menyapa

saat hujan turun
janji terucap
sumpah terikrar
semua merapat

sumpah tetaplah sumpah
janji tetaplah janji
barisan harus tetap rapat
hingga kita mencapai puncak
puncak kejayaan dan kemenangan...

IV
malam begitu gelap
tak ada cahaya dari langit
gerimis masih menari
berirama tiupan angin

hening
terpecahkan nyanyian hujan
dingin begitu menusuk
menembus selimut

malam ku
masih malam gelap
bertemankan segelas kopi
kopi nan nikmat tiada tara...

KIPOENNURDIN
Aceh Seuramoe Mekkah, Juni 2013