Rabu, 11 Desember 2013

Nanggroe

Setelah gelombang itu datang
Kulihat berjuta nyawa melayang
Kemegahan seakan tak lagi terdengar
Keindahan seakan lenyap dari pandangan

Kudapati jutaan wajah tengah berduka
Menatap pada sanak keluargar
Terbaring kaku tak berdaya
Mereka tertegun, tertunduk dengan linangan air mata

Di kejauhan, tampak sosok bocah
Meungut puing-puing reruntuhan
Mencari sesuatu yang tak pasti
Menggenggap apa-apa yang di dapati

Kulihat, jutaan harapan telah sirna
Ribuan kenangan telah hilang
Lenyap bersama reruntuhan
Sedang sisanya tersapu ombak dan gelombang

Jutaan nyawa telah pergi
Tubuhnya terpanggang terik matahari
Tampak lalat-lalat mulai hinggap
Menari-nari keriangan pada tubuh kaku

Jutaan nyawa yang tersisa
Bertarung menahan lapar dan dahaga
sedang lalat tengah berpesta
Menyantap makan pada tubuh tak bernyawa

Disudut yang lain
Ribuan manusia tertunduk layu
Diam tampa kata
Sepi melebihi apapun yang paling sepi

Kita melihat jutaan bangsa datang
Mendekat atas nama kemanusiaan
Membersihkan puing reruntuhan
Mengubur jutaan nyawa yang telah berpulang

Kini, gelombang telah berlalu
Bungong jumpa tak lagi layu
Sedang gelombang hanya kenangan pilu
Tawa bocah kembali merdu

Namun sayang seribu sayang
Kini bungong jumpa ditilang malang
Madunya dihisap kumbang
Lalu kumbang terbang dan menghilang

Sayang sagatlah sayang
Bungong jumpa tak lagi tumbuh di balai pengajian
Aneuk-aneuk naggroe telah larut dalam perkembangan
Bahkan tak peduli azan berkumandang

Naggroe telah kehilangan jutaan jiwa
Yang tersapu bersama sapaan gelombang
Sedang adat, budaya, dan warisan
Telah lenyap ditelan perkembangan

Ini naggroe siapa
Adat, budaya, dan warisan kita dimana
Dimana aneuk naggroe dan bungong jumpa
Mengapa semua hilang dalam satu gelombang

Kipoennurdin

Seuramoe mekkah, Desember 2004 – Desember 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar