Malam semakin
larut
Langit yang
indah berwarna muram
Tak ada bintang
yang bersinar
Dan tak ada
bulan yang benderang
Ingin ku cumbu
malam yang kusam
Ku lampiaskan
semua kesal
Malam ku
hanyalah malam kelam
Yang ditemani
sedikit cahaya bohlam
Dari sudut yang
tak benderang
Ku ambilkan
selembar kertas buram
Kupenuhi dengan
coretan
Semua isinya
kepada sang penguasa ku tujukan
Surat ku tak
bersalam
Hanya ada beberapa
bait coretan
Sesekali kumaki
sang setan
Yang terus
membuat negeriku redup tak benderang
Dari ujung
sumatera ku tuliskan
Ku tunjukan
kepada mereka yang di senayan
Kuceritakan,
disini masih banyak persoalan yang perlu diperhatiakan
Dan bukan hanya diperhatikan,
tapi juga diselesaikan
Aku diujung
sumatera kau di senayan
Aku yang
menghadapi persoalan
Kau yang membuat
undang-undang
Padahal kau tak
pernah merasakan
Aku dalam derita
Kau dalam canda
tawa
Aku yang
menjerit kesakitan
Kau seolah
menjadi pahlawan
Diatas kertas
buram kutuliskan
Ku bersumpah
atas jiwa dan raga
Akan ku perang
semua mafia
Tanpa terkecuali
mafia kenegaraan
Wahai kau yang
di senayan
Akan gapai kau
dengan jutaan rakyat tak berpahlawan
Akan ku bawa
semua amarah dan dendam
Hingga kau tau
apa yang kami rasakan
Ia, kita akan
bertukaran tempat
Kau kukirim
kepelosok
Aku yang akan
duduk di pusat
Agar kau tau
negeri ini dalam kebobrokan
KIPOENNURDIN
Banda Aceh, 9 Maret
2013